Untuk anggota SPP Silahkan Daftar DISINI Atau Siapapun yng mau daftar Boleh...
Produksi minyak atsiri dari tumbuh-tunbuhan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (a) penyulingan (distillation), (b) pressing (expression), (c) ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan (d) adsorbsi oleh lemak padat (enfleurasi). Di antara keempat cara tersebut yang banyak digunakan oleh industri minyak atsiri adalah cara pertama dan ketiga.
Penyulingan
adalah metoda ekstraksi yang tertua dalam pengolahan minyak atsiri.
Metoda ini cocok untuk minyak atsiri yang tidak mudah rusak oleh panas,
misalnya minyak cengkeh, nilam, sereh wangi, pala, akar wangi dan jahe.
Pengepresan dilakukan dengan memberikan tekanan pada bahan menggunakan suatu alat yang disebut hydraulic atau expeller pressing.
Beberapa jenis minyak yang dapat dipisahkan dengan cara pengepresan
adalah minyak almond, lemon, kulit jeruk, dan jenis minyak atsiri
lainnya.
Ekstraksi
minyak atsiri menggunakan pelarut, cocok untuk mengambil minyak bunga
yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas. Pelarut yang dapat
digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri antara lain kloroform,
alkohol, aseton, eter, serta lemak. Sedangkan enfleurasi digunakan
khusus untuk memisahkan minyak bunga-bungaan, untuk mendapatkan mutu dan
rendemen minyak yang tinggi.
Dalam
booklet ini hanya akan dipaparkan proses produksi minyak atsiri yang
banyak digunakan oleh industri yang disebut dengan penyulingan.
Penyulingan adalah suatu proses pemisahan secara fisik suatu campuran
dua atau lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda dengan
cara mendidihkan terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih
rendah terpisah dari campuran (Kister, 1990).
Untuk mempermudah proses penyulingan minyak atsiri
dapat dilakukan perlakuan pendahluan (penanganan bahan baku) dengan
beberapa cara seperti pengeringan, pencucian dan perajangan.
Pengeringan
dapat mempercepat proses ekstraksi dan memperbaiki mutu minyak, namun
selama pengeringan kemungkingan sebagian minyak akan hilang karena
penguapan dan oksidasi oleh udara (Ketaren, 1985). Beberapa jenis bahan
baku tidak perlu dikeringkan, seperti jahe, lajagoan, dan bahan lain
yang disuling dalam keadaan segar untuk mencegah kehilangan aroma yang
diinginkan.
Pencucian biasanya dilakukan untuk bahan-bahan yang berasal dari tanah
seperti akar wangi, dan rimpang. Tujuannya adalah untuk membersihkan
bahan dari kotoran yang menempel, mencegah hasil minyak agar tidak
kotor, dan efisiensi pemuatan bahan dalam ketel suling.
Perajangan
bertujuan untuk memudahkan penguapan minyak atsiri dari bahan,
memperluas permukaan suling dari bahan dan mengurangi sifat kamba. Pada
umumnya perajangan dilakukan pada ukuran 20 – 30 cm.
Dalam industri minyak atisiri dikenal 3 macam metode penyulingan yaitu (1) penyulingan dengan air (water distillation), (2) penyulingan dengan air-uap (water and steam distillation), (3) penyulingan dengan uap langsung (steam distillation). Gambar 1 memperlihatkan diagram alir proses penyulingan minyak atsiri secara umum.
Pada
pross penyulingan ini, tekanan, suhu, laju alir, dan lama penyulingan
diatur berdasarkan jenis komoditi. Lama penyulingan sangat bervariasi
mulai dari 3-5 jam untuk sereh wangi, 5 – 8 jam untuk minyak nilam dan
cengkeh, 10 – 14 jam untuk minyak pala, dan 10-16 jam untuk minyak akar
wangi bergantung kepada jenis bahan baku (basah / kering), penggunaan
tekanan dan suhu penyulingan. Tekanan uap yang tinggi dapat menyebabkan
dekomposisi pada minyak, oleh karena itu penyulingan lebih baik dimulai
dengan tekanan rendah, kemudian meningkat secara bertahap sampai pada
akhir proses.
Selama
proses penyulingan, uap air yang terkondensasi dan turun ke dasar ketel
harus dibuang secara periodik melalui keran pembuangan air untuk
mencegah pipa uap berpori terendam, karena hal ini dapat menghambat
aliran uap dari boiler ke ketel suling.
Pada
proses pendinginan, suhu air pendingin yang masuk ke dalam tabung atau
kolam pendingin yang ideal sekitar 25-30 derajat C, dan suhu air keluar
maksimum 40 – 50 derajat C. Suhu air keluar tersebut dapat diatur dengan
memperbesar / memperkecil debit air pendingin yang masuk ke dalam
tabung / kolam pendingin.
Pemisahan
minyak dari tabung pemisah sebaiknya “tidak diciduk” (diambil dengan
gayung), karena hal itu akan menyebabkan minyak yang telah terpisah dari
air akan kembali terdispersi dalam air dan sulit memisah kembali,
sehingga mengakibatkan kehilangan (loses).
Minyak
yang dihasilkan masih terlihat keruh karena mngandung sejumlah kecil
air dan kotoran yang terdispersi dalam minyak. Air tersebut dipsahkan
dengan menyaring minyak menggunakan kain teflon / sablon. Pemisahan air
juga dapat dilakukan dengan menambahkan zat pengikat air berupa Natrium
Sulfat anhidrat (Na2SO4) sebanyak 1% selanjutnya diaduk dan disaring.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar