Pada
tanggal 7 November 2007, Serikat Petani Pasundan (SPP) mengadakan acara
Halal Bihalal dan Peringatan Hari Agraria Nasional di Gedung Intan
Balarea Garut. Acara ini di ikuti oleh puluhan ribu anggota SPP di 5
kabupaten (Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, Bandung, dan Garut) mereka
diangkut dengan menggunakan sekitar 700 mobil truk, puluhan 50 Mobil
kecil dan ratusan sepeda motor.
Disamping
itu pula pada acara halal bihalal dan peringatan hari agraria nasional,
hadir pula kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN Pusat) Joyo Winoto,
P.Hd, yang didampingi Deputi tatalaksana DR. Yuswanda, Deputi Pengadaan
Tanah-tanah Negara MAYJEN Suwandi, Kakanwil BPN Jabar beserta seluruh
Kepala Kantor BPN se-Jawa Barat dan juga tokoh masyarakat, alim ulama,
akademisi, ketua partai politik, MUSPIDA Kab. Garut, MUSPIDA
Tasikmalaya, MUSPIDA Ciamis dan organisasi gerakan tani seluruh
Indonesia serta LSM.
Hadir
memberikan sambutan pula, Bapak H. Sovi Irfan anggota DPRD Propinsi
Jawa Barat, serta Bapak Kohar Somantri, tokoh Garut sekaligus Anggota
DPRD Kabupaten Garut.
Tidak
ada yang bisa disangkal bahwa kelahiran UUPA (Undang-Undang Pokok
Agraria) No. 5 Tahun 1960 adalah merupakan cermin dari adanya keinginan
pemerintah untuk menata kembali ketimpangan struktur agraria kearah
tatanan agraria yang lebih adil sebagi akibat dari sistem pembangunan
yang dilahirkan oleh budaya feodalisme dan kolonialisme belanda. Oleh
karena itu kelahiran UUPA merupakan jawaban dari cita-cita dan keinginan
rakyat Indonesia khususnya kaum tani yang telah lama menjadi korban
dari ketidakadilan agraria. Bagi kaum tani indonesia yang kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya tergantung pada sumber-sumber daya agraria
sehingga memandang kelahiran UUPA adalah merupakan tonggak yang sangat
berharga dalam melaksanakan pembaruan agraria, yakni suatu upaya
kolektif untuk menata kembali struktur yang timbang kearah tatanan
agraria yang berkeadilan.
Namun
ironisnya dari dulu pelaksanaan pembaruan agraria belum dilaksanakan
secara maksimal, bahkan dimasa orde baru lahir Undang-Undang yang sama
sekali mengabaikan semangat Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) seperti
UU Penamanan Modal Asing 1967, UU Pokok dalam negeri tahun 1967, UU
pertambangan tahun 1967, UU Kehutanan No. 41 tahun 1949 dan
dihapuskannya UU No. 7 Tahun 1970 Tentang penghapusan pengadilan Land
Reform dan disertai dengan tindakan kekerasan dan pemenjaraan terhadap
petani miskin hampir diseluruh Indonesia, sehingga mengakibatkan lebih
dari 5000 kasus pertanahan kasus di Indonesia. Bahkan merupakan
catatatan kepala Badan Pertanahan Nasional tercatat 7.428 kasus
pertanahan di Indonesia.
Oleh
karena itu pada pada tanggal 7 November 2007 dalam rangka memperingati
hati agraria nasional (24 September 1960) SPP yang merupakan organisasi
pelopor dalam memperjuangkan agenda pembaruan agraria tetap menjadikan
hari kelahiran UUPANO. 5 Tahun 1960 sebagai momentum penting bagi
pentingnya dijalankan agenda pembaruan agraria. Apalagi di pemerintahan
SBY sedang dilakukan Program Pembaruan Agraria Nasional. Untuk itu,
agenda tersebut harus dijadikan awal dari kebangkitan petani dalam
mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan dipedesaan.
Bahkan
acara tersebut disertai dengan agenda halal bihalal yang mengundang
berbagai elemen yang memiliki komitmen terhadap agenda pembaruan agraria
dan acara tersebut merupakan upaya konsolidasi gerakan agraria di
Indonesia.
Acara ini diisi oleh berbagai kegiatan, diantaranya adalah : Upacara adat untuk penyambutan tamu undangan yang dipimpin
oleh Bapak Barman, tokoh Seni Kota Garut, semua acara dipandu oleh Ust.
Miftah Fauzi Da’i kondang dari Tasikmalaya, dilanjutkan Pembacaan ayat
suci al-Qur`an dan shalawat oleh
kader muda SPP dari Cisompet dan Cipaganti Garut. Setelah itu peserta
yang hadir bersama – sama Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars SPP,
yang dipandu oleh kader SPP tergabung dalam Forum Pemuda Pelajar Mahasiswa Garut (FPPMG).
Acara
memasuki sambutan – sambutan, diantaranya disampaikan oleh Ketua
Pelaksana Kegiatan yaitu Ibang Lukmanurdin, sekaligus sebagai Deputi
Umum SPP, kemudian Sambutan Sekretaris Jendral SPP Agustiana, sambutan
BUPATI Garut yang diwakili ASDA I yaitu Bapak Wowo Wibowo, kemudian
sambutan anggota DPRD Propinsi Jawa Barat, Bapak Sofi Irvan, setelah itu
Pidato Kepala BPN Republik Indonesia Bapak Joyo Winoto P.Hd dilanjutkan
penandatanganan prasasti tanda Peresmian Institut Pembaruan Desa dan
Agraria .
Acara
selanjutnya yaitu Penyerahan “Penghargaan Serikat Petani Pasundan” atas
”Konsistensi Perjuangan Agraria di Indonesia”, yang diberikan kepada :
(1) Joyo Winoto, (2) Noer Fauzi Rahman, (3) Gunawan Wiradi, (4) Dianto
Bachriadi, (5) Tatang Furhanul Hakim - Bupati Tasikmalaya, (6) Boy Pidro
yang mewakili Guru – Guru sekolah petani di
Serikat Petani Pasundan (SPP) atas dedikasi dalam mencetak dan mendidik
kader – kader muda SPP sebagai penerus perjuangan Pembaruan Agraria di
Indonesia.
Para
pemimpin SPP dari tiga kota serta perwakilan anak – anak sekolah SPP,
menyerahkan surat – surat anggota serta puisi dari anak – anak kepada
Kepala BPN RI, yang diterima langsung oleh Bapak Joyo Winoto.
Sebelum
ditutup, disampaikan Pidato Sejarah Perjuangan SPP sejak tahun 1989
oleh Bapak Kohar Somantri (anggota DPRD Kabupaten Garut) yang menjadi
saksi hidup perjalanan perjuangan SPP.
Acara ditutup dengan do’a oleh Pemimpin Pesantren Miftahul Huda Cipaganti sekaligus salah satu pemimpin SPP yaitu Ust. Ilan.
Kegiatan
selanjutnya adalah kunjungan Kepala BPN RI dan rombongan serta beberapa
tamu lainnya, berkunjung ke gedung Istitut Pembaruan Desa dan Agaria
SPP di Kecamatan Garut Kota, dilanjutkan ke Pusat Pendidikan ,
sekretariat dan mess SPP di Tarogong, terakhir ke Sekolah Formal SPP
MTs. As-Sururon di Sarimukti Kecamatan Samarang.
Pada
malam hari bertempat di Hotel Sumber Alam diadakan diskusi terbatas
antara Bapak Joyo Winoto dengan Organisasi – Organisasi petani dan NGO,
diantaranya: Marhendi (STAB
Bengkulu), Handoko, Wahyudi Organisasitani Jawa Tengah (ORTAJA), Serikat
Tani Batang Jawa Tengah, Serikat Petani Malang, Serikat Tani Mojokerto,
Serikat Tani Aryo Blitar (Jawa Timur) dan Iwan (PPRTS) Persatuan
Perjuangan Rakyat Tani Subang, Noviar Serikat Tani Kerakyatan Sumedang
(STKS) Jawa Barat. Hadir pula Aktivis GMNI, PMII, dari Garut.
Berikut
adalah beberapa petikan dari sambutan-sambutan dalam acara hahl bihalal
dan Peringatan Hari Agraria Nasional yang disampaikan oleh :
Dalam
sambutannya Sekjen Serikat Petani Pasundan (SPP) Agustiana, mengajak
kepada seluruh anggota SPP untuk merefleksikan kembali apa yang menjadi
latar belakang didirikannya organisasi SPP, maksud dan tujuan serta
program SPP.
Agustiana
mengungkapkan dimana organisasi Serikat Petani Pasundan (SPP) didirikan
bukan untuk merebut kekuasaan politik ataupun didasari kebencian
tertentu, akan tetapi lahirnya SPP dari sebuah kesadaran berbangsa,
bernegara dan beragama, serta bersosial secara baik yang pada intinya
saling memulyakan sesama manusia terutama bagi masyarakat miskin
diperdesaan yang selama ini walaupun penduduknya mayoritas tetapi pada
kenyataannya pendapatan dan penghidupannya masih dibawah garis
kemiskinan.
Selanjutnya
Agustiana mengajak kepada seluruh peserta halal bihalal dalam upaya
meningkatkan taraf hidup khususnya masyarakat petani baik di tatar
pasundan dan di Indonesia untuk bangkit dan mempelopori gerakan
pembaruan agraria, dengan bentuk kegiatan-kegiatan:
1. Membangun kembali budaya gotong royong dalam membangun struktur dipedesaan
2. Merubah
orientasi pertanian dari pola pertanian yang tradisional kepertanian
yang didasarkan dan disesuaikan pada lahan yang dimiliki tetapi komoditi
atau produksi yang dihasilkan merupakan komoditi unggulan serta jangka
waktu tanam pendek dan harga jual tinggi dan stabil. Sebagai contoh:
- Petani
menaman tanaman kol biasa yang jangka waktu lebih lama dan harga jual
itu dibawah Rp. 600/Kg, itu dirubah ke tanaman kol merah degan jangka
waktu pendek serta harganya itu mencapai Rp. 12.000/Kg.
- Petani
kentang yang semula tanam tanaman kentang buat konsumsi dengan harga
yang fluktuatif itu dirubah menjadi petani bibit kentang, selain harga
jual sangat tinggi juga dari segi penggunaan tanah itu memerlukan lahan
yang lebih sedikit.
3. Mengajak kepada seluruh anggota untuk mempelopori untuk menciptakan tatanan kehidupan sosial yang terpelihara dan terjaga.
4. Meminta kepada pemerintah untuk menjalankan program pembaruan agraria secara konfrehensif dan berkelanjutan serta berkeadilan.
5. Dalam
menghadapi musim hujan sekjen SPP mengajak untuk melakukan penanaman
dan pemeliharaan terhadap penyelamatan lingkungan hidup.
Sementara
itu kepala BPN Pusat (Joyo Winoto, P.Hd) dalam pidatonya menyebutkan
bahwa pihaknya selama 2 tahun terakhir ini terus berbenah diri untuk
menyelasaikan sengketa-sengketa tanah dengan melakukan kerjasama dengan
pihak kepolisian dan membentuk tim ad hoc yang bertugas untuk menangani
permasalahan pertanahan yag menyangkut pidana. Dia juga mengatakan bahwa
pihaknya (BPN) menargetkan dalam waktu dekat akan segera menyelesaikan
166 kasus sengketa tanah yang ada di Indonesia dari 7.428 kasus.
Selain
itu juga kepala BPN mengungkapkan, bahwa Program Pembaruan Agraria
Nasional (PPAN) sudah menjadi komitmen pemerintah pusat terutama BPN,
yang didasarkan pada kemanfaatan tanah bagi keadilan dan kesejahteraan
masyarakat. Dimana PPAN ini diawali dengan kegiatan:
- Inventarisasi dan penataan tanah-tanah yang ada
- Menentukan
kebijakan yang tumpang tindih satu sama lain dan memperkuat ruang
kebijakan pertanahan bagi peningkatan akses masyarakat terhadap tanah.
- Membagi-bagikan tanah-tanah yang selama ini terlantar atau diterlantarkan.
- Menyelesaikan
sengketa tanah dengan memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi serta
kemanfaatan bagi masyarakat, secara froporsioanal dan berkeadilan.
Lebih
jauh Joyo memuji apa yang telah dilakukan Serikat Petani Pasundan
(SPP), karena SPP merupakan organisasi independent terbesar yang ada di
Indonesia dalam kerangka Gerakan Reforma Agraria dinilainya tidak hanya
sekedar menuntut kemanfaatan tanah, akan tetapi lebih jauh SPP telah
melakukan berbagai upaya untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat petani dan juga pemberian pengetahuan terhadap petani seperti
membangun sarana pendidikan formal dengan bermodalkan swadaya dan
menbangun sarana pengetahuan keagamaan dengan membangun 11 pesentren dan
secara konkrit SPP membuat berbagai demplot lahan pertanian dalam
rangka peningkatan produktivitas petani.
Dia juga menambahkan bahwa SPP aktif dalam menjaga dan memelihara lingkungan hidup terutama dilahan-lahan kritis.
Selanjutnya Joyo berharap gerakan yang telah dan sedang dilakukan Serikat Petani Pasundan dapat
dicontoh oleh semua pihak, sehingga 56% jumlah petani miskin di
Indonesia dari total 56 Juta penduduk miskin di Indonesia secara
bertahap dapat teratasi dan tingkat kesejahteraannya meningkat.
Dalam
kesempatan itu juga ikut memberikan sambutan anggota DPRD propinsi Jawa
Barat dari Fraksi PAN (H. Sofi Irfan), bahwa pihaknya mendukung upaya
yang sedang dilakukan oleh SPP selama ini dan mendukung upaya yang
sedang dilakukan oleh BPN Pusat dalam Program Pembaruan Agraria
Nasional, dia juga meminta PPAN yang akan dilakukan ini untuk dijalankan
lebih konkrit dan cepat dilakukan.
Dalam
pidatonya Bapak Kohar Somantri mengungkapkan bahwa dia mendukung apa
yang telah dilakukan SPP, sebab dari awal saya suka mengikuti apa yang
telah dilakukan SPP mulai dari penyelesaian kasus tanah yang ada di
Sagara Kecamatan Cibalong sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar