Senin, 17 Oktober 2011

PERINGATAN HARI AGRARIA NASIONAL SERIKAT PETANI PASUNDAN - SPP

POST BY: Enur Nuryana From Garut Jawabarat Indonesia
Pada tanggal 7 November 2007, Serikat Petani Pasundan (SPP) mengadakan acara Halal Bihalal dan Peringatan Hari Agraria Nasional di Gedung Intan Balarea Garut. Acara ini di ikuti oleh puluhan ribu anggota SPP di 5 kabupaten (Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, Bandung, dan Garut) mereka diangkut dengan menggunakan sekitar 700 mobil truk, puluhan 50 Mobil kecil dan ratusan sepeda motor.
Disamping itu pula pada acara halal bihalal dan peringatan hari agraria nasional, hadir pula kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN Pusat) Joyo Winoto, P.Hd, yang didampingi Deputi tatalaksana DR. Yuswanda, Deputi Pengadaan Tanah-tanah Negara MAYJEN Suwandi, Kakanwil BPN Jabar beserta seluruh Kepala Kantor BPN se-Jawa Barat dan juga tokoh masyarakat, alim ulama, akademisi, ketua partai politik, MUSPIDA Kab. Garut, MUSPIDA Tasikmalaya, MUSPIDA Ciamis dan organisasi gerakan tani seluruh Indonesia serta LSM.
Hadir memberikan sambutan pula, Bapak H. Sovi Irfan anggota DPRD Propinsi Jawa Barat, serta Bapak Kohar Somantri, tokoh Garut sekaligus Anggota DPRD Kabupaten Garut.
Tidak ada yang bisa disangkal bahwa kelahiran UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria) No. 5 Tahun 1960 adalah merupakan cermin dari adanya keinginan pemerintah untuk menata kembali ketimpangan struktur agraria kearah tatanan agraria yang lebih adil sebagi akibat dari sistem pembangunan yang dilahirkan oleh budaya feodalisme dan kolonialisme belanda. Oleh karena itu kelahiran UUPA merupakan jawaban dari cita-cita dan keinginan rakyat Indonesia khususnya kaum tani yang telah lama menjadi korban dari ketidakadilan agraria. Bagi kaum tani indonesia yang kehidupan ekonomi, sosial dan budaya tergantung pada sumber-sumber daya agraria sehingga memandang kelahiran UUPA adalah merupakan tonggak yang sangat berharga dalam melaksanakan pembaruan agraria, yakni suatu upaya kolektif untuk menata kembali struktur yang timbang kearah tatanan agraria yang berkeadilan.
Namun ironisnya dari dulu pelaksanaan pembaruan agraria belum dilaksanakan secara maksimal, bahkan dimasa orde baru lahir Undang-Undang yang sama sekali mengabaikan semangat Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) seperti UU Penamanan Modal Asing 1967, UU Pokok dalam negeri tahun 1967, UU pertambangan tahun 1967, UU Kehutanan No. 41 tahun 1949 dan dihapuskannya UU No. 7 Tahun 1970 Tentang penghapusan pengadilan Land Reform dan disertai dengan tindakan kekerasan dan pemenjaraan terhadap petani miskin hampir diseluruh Indonesia, sehingga mengakibatkan lebih dari 5000 kasus pertanahan kasus di Indonesia. Bahkan merupakan catatatan kepala Badan Pertanahan Nasional tercatat 7.428 kasus pertanahan di Indonesia.
Oleh karena itu pada pada tanggal 7 November 2007 dalam rangka memperingati hati agraria nasional (24 September 1960) SPP yang merupakan organisasi pelopor dalam memperjuangkan agenda pembaruan agraria tetap menjadikan hari kelahiran UUPANO. 5 Tahun 1960 sebagai momentum penting bagi pentingnya dijalankan agenda pembaruan agraria. Apalagi di pemerintahan SBY sedang dilakukan Program Pembaruan Agraria Nasional. Untuk itu, agenda tersebut harus dijadikan awal dari kebangkitan petani dalam mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan dipedesaan.
Bahkan acara tersebut disertai dengan agenda halal bihalal yang mengundang berbagai elemen yang memiliki komitmen terhadap agenda pembaruan agraria dan acara tersebut merupakan upaya konsolidasi gerakan agraria di Indonesia.  

            Acara ini diisi oleh berbagai kegiatan, diantaranya adalah : Upacara adat untuk penyambutan tamu undangan yang dipimpin oleh Bapak Barman, tokoh Seni Kota Garut, semua acara dipandu oleh Ust. Miftah Fauzi Da’i kondang dari Tasikmalaya, dilanjutkan Pembacaan ayat suci al-Qur`an dan shalawat  oleh kader muda SPP dari Cisompet dan Cipaganti Garut. Setelah itu peserta yang hadir bersama – sama Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars SPP, yang dipandu  oleh kader SPP tergabung dalam Forum Pemuda Pelajar Mahasiswa Garut (FPPMG).
            Acara memasuki sambutan – sambutan, diantaranya disampaikan oleh Ketua Pelaksana Kegiatan yaitu Ibang Lukmanurdin, sekaligus sebagai Deputi Umum SPP, kemudian Sambutan Sekretaris Jendral SPP Agustiana, sambutan BUPATI Garut yang diwakili ASDA I yaitu Bapak Wowo Wibowo, kemudian sambutan anggota DPRD Propinsi Jawa Barat, Bapak Sofi Irvan, setelah itu Pidato Kepala BPN Republik Indonesia Bapak Joyo Winoto P.Hd dilanjutkan penandatanganan prasasti tanda Peresmian Institut Pembaruan Desa dan Agraria .
Acara selanjutnya yaitu Penyerahan “Penghargaan Serikat Petani Pasundan” atas ”Konsistensi Perjuangan Agraria di Indonesia”, yang diberikan kepada : (1) Joyo Winoto, (2) Noer Fauzi Rahman, (3) Gunawan Wiradi, (4) Dianto Bachriadi, (5) Tatang Furhanul Hakim - Bupati Tasikmalaya, (6) Boy Pidro yang mewakili Guru – Guru sekolah petani  di Serikat Petani Pasundan (SPP) atas dedikasi dalam mencetak dan mendidik kader – kader muda SPP sebagai penerus perjuangan Pembaruan Agraria di Indonesia.
Para pemimpin SPP dari tiga kota serta perwakilan anak – anak sekolah SPP, menyerahkan surat – surat anggota serta puisi dari anak – anak kepada Kepala BPN RI, yang diterima langsung oleh Bapak Joyo Winoto.
Sebelum ditutup, disampaikan Pidato Sejarah Perjuangan SPP sejak tahun 1989 oleh Bapak Kohar Somantri (anggota DPRD Kabupaten Garut) yang menjadi saksi hidup perjalanan perjuangan SPP.
Acara ditutup dengan do’a oleh  Pemimpin Pesantren  Miftahul Huda Cipaganti sekaligus salah satu pemimpin SPP yaitu Ust. Ilan.
Kegiatan selanjutnya adalah kunjungan Kepala BPN RI dan rombongan serta beberapa tamu lainnya, berkunjung ke gedung Istitut Pembaruan Desa dan Agaria SPP di Kecamatan Garut Kota, dilanjutkan ke Pusat Pendidikan , sekretariat dan mess SPP di Tarogong, terakhir ke Sekolah Formal SPP MTs. As-Sururon di Sarimukti Kecamatan Samarang.
Pada malam hari bertempat di Hotel Sumber Alam diadakan diskusi terbatas antara Bapak Joyo Winoto dengan Organisasi – Organisasi petani dan NGO, diantaranya:  Marhendi (STAB Bengkulu), Handoko, Wahyudi Organisasitani Jawa Tengah (ORTAJA), Serikat Tani Batang Jawa Tengah, Serikat Petani Malang, Serikat Tani Mojokerto, Serikat Tani Aryo Blitar (Jawa Timur) dan Iwan (PPRTS) Persatuan Perjuangan Rakyat Tani Subang, Noviar Serikat Tani Kerakyatan Sumedang (STKS)  Jawa Barat. Hadir pula Aktivis GMNI, PMII, dari Garut.
Berikut adalah beberapa petikan dari sambutan-sambutan dalam acara hahl bihalal dan Peringatan Hari Agraria Nasional yang disampaikan oleh :

Dalam sambutannya Sekjen Serikat Petani Pasundan (SPP) Agustiana, mengajak kepada seluruh anggota SPP untuk merefleksikan kembali apa yang menjadi latar belakang didirikannya organisasi SPP, maksud dan tujuan serta program SPP.
Agustiana mengungkapkan dimana organisasi Serikat Petani Pasundan (SPP) didirikan bukan untuk merebut kekuasaan politik ataupun didasari kebencian tertentu, akan tetapi lahirnya SPP dari sebuah kesadaran berbangsa, bernegara dan beragama, serta bersosial secara baik yang pada intinya saling memulyakan sesama manusia terutama bagi masyarakat miskin diperdesaan yang selama ini walaupun penduduknya mayoritas tetapi pada kenyataannya pendapatan dan penghidupannya masih dibawah garis kemiskinan.
Selanjutnya Agustiana mengajak kepada seluruh peserta halal bihalal dalam upaya meningkatkan taraf hidup khususnya masyarakat petani baik di tatar pasundan dan di Indonesia untuk bangkit dan mempelopori gerakan pembaruan agraria, dengan bentuk kegiatan-kegiatan:
1.          Membangun kembali budaya gotong royong dalam membangun struktur dipedesaan
2.          Merubah orientasi pertanian dari pola pertanian yang tradisional kepertanian yang didasarkan dan disesuaikan pada lahan yang dimiliki tetapi komoditi atau produksi yang dihasilkan merupakan komoditi unggulan serta jangka waktu tanam pendek dan harga jual tinggi dan stabil. Sebagai contoh:
-     Petani menaman tanaman kol biasa yang jangka waktu lebih lama dan harga jual itu dibawah Rp. 600/Kg, itu dirubah ke tanaman kol merah degan jangka waktu pendek serta harganya itu mencapai Rp. 12.000/Kg.
-     Petani kentang yang semula tanam tanaman kentang buat konsumsi dengan harga yang fluktuatif itu dirubah menjadi petani bibit kentang, selain harga jual sangat tinggi juga dari segi penggunaan tanah itu memerlukan lahan yang lebih sedikit.   
3.          Mengajak kepada seluruh anggota untuk mempelopori untuk menciptakan tatanan kehidupan sosial yang terpelihara dan terjaga.
4.          Meminta kepada pemerintah untuk menjalankan program pembaruan agraria secara konfrehensif dan berkelanjutan serta berkeadilan.
5.          Dalam menghadapi musim hujan sekjen SPP mengajak untuk melakukan penanaman dan pemeliharaan terhadap penyelamatan lingkungan hidup.


Sementara itu kepala BPN Pusat (Joyo Winoto, P.Hd) dalam pidatonya menyebutkan bahwa pihaknya selama 2 tahun terakhir ini terus berbenah diri untuk menyelasaikan sengketa-sengketa tanah dengan melakukan kerjasama dengan pihak kepolisian dan membentuk tim ad hoc yang bertugas untuk menangani permasalahan pertanahan yag menyangkut pidana. Dia juga mengatakan bahwa pihaknya (BPN) menargetkan dalam waktu dekat akan segera menyelesaikan 166 kasus sengketa tanah yang ada di Indonesia dari 7.428 kasus.
Selain itu juga kepala BPN mengungkapkan, bahwa Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) sudah menjadi komitmen pemerintah pusat terutama BPN, yang didasarkan pada kemanfaatan tanah bagi keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Dimana PPAN ini diawali dengan kegiatan:
-             Inventarisasi dan penataan tanah-tanah yang ada
-             Menentukan kebijakan yang tumpang tindih satu sama lain dan memperkuat ruang kebijakan pertanahan bagi peningkatan akses masyarakat terhadap tanah.
-             Membagi-bagikan tanah-tanah yang selama ini terlantar atau diterlantarkan.
-             Menyelesaikan sengketa tanah dengan memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi serta kemanfaatan bagi masyarakat, secara froporsioanal dan berkeadilan.

Lebih jauh Joyo memuji apa yang telah dilakukan Serikat Petani Pasundan (SPP), karena SPP merupakan organisasi independent terbesar yang ada di Indonesia dalam kerangka Gerakan Reforma Agraria dinilainya tidak hanya sekedar menuntut kemanfaatan tanah, akan tetapi lebih jauh SPP telah melakukan berbagai upaya untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat petani dan juga pemberian pengetahuan terhadap petani seperti membangun sarana pendidikan formal dengan bermodalkan swadaya dan menbangun sarana pengetahuan keagamaan dengan membangun 11 pesentren dan secara konkrit SPP membuat berbagai demplot lahan pertanian dalam rangka peningkatan produktivitas petani.
Dia juga menambahkan bahwa SPP aktif dalam menjaga dan memelihara lingkungan hidup terutama dilahan-lahan kritis.
Selanjutnya Joyo berharap gerakan yang telah dan sedang dilakukan Serikat Petani Pasundan  dapat dicontoh oleh semua pihak, sehingga 56% jumlah petani miskin di Indonesia dari total 56 Juta penduduk miskin di Indonesia secara bertahap dapat teratasi dan tingkat kesejahteraannya meningkat.  
 

Dalam kesempatan itu juga ikut memberikan sambutan anggota DPRD propinsi Jawa Barat dari Fraksi PAN (H. Sofi Irfan), bahwa pihaknya mendukung upaya yang sedang dilakukan oleh SPP selama ini dan mendukung upaya yang sedang dilakukan oleh BPN Pusat dalam Program Pembaruan Agraria Nasional, dia juga meminta PPAN yang akan dilakukan ini untuk dijalankan lebih konkrit dan cepat dilakukan.
Dalam pidatonya Bapak Kohar Somantri mengungkapkan bahwa dia mendukung apa yang telah dilakukan SPP, sebab dari awal saya suka mengikuti apa yang telah dilakukan SPP mulai dari penyelesaian kasus tanah yang ada di Sagara Kecamatan Cibalong sampai sekarang.